Rabu, 07 September 2011

Masa Arkeozoikum (4,5 – 2,5 milyar tahun lalu)

Arkeozpoikum artinya Masa Kehidupan Purba
Masa Arkeozoikum (Arkean) merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Batuan masa ini ditemukan di beberapa bagian dunia yang lazim disebut kraton/perisai benua.Coba perhatikan, masa ini adalah masa pembentukan kerakbumi. Jadi kerakbumi terbentuk setelah pendinginan bagian tepi dari “balon bumi” (bakal calon bumi). Plate tectonic / Lempeng tektonik yang menyebabkan gempa itu terbentuk pada masa ini. Lingkungan hidup mas itu tentunya mirip dengan lingkungan disekitar mata-air panas.
Batuan tertua tercatat berumur kira-kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini juga merupakan awal terbentuknya Indrosfer dan Atmosfer serta awal muncul kehidupan primitif di dalam samudera berupa mikro-organisma (bakteri dan ganggang). Fosil tertua yang telah ditemukan adalah fosil Stromatolit dan Cyanobacteria dengan umur kira-kira 3.500.000.000 tahun.
Masa Proterozoikum (2,5 milyar – 290 juta tahun lalu)
Proterozoikum artinya masa kehidupan awal.
Masa Proterozoikum merupakan awal terbentuknya hidrosfer dan atmosfer. Pada masa ini kehidupan mulai berkembang dari organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes).
Kalau istilah-istilah ini dipelajari di ilmu biologi, mestinya di SMP sudah diajari kan ? Enkaryotes ini bakal menjadi tumbuhan dan prokaryotes nantinya bakal menjadi binatang.
Menjelang akhir masa ini organisme lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak seperti ubur-ubur, cacing dan koral mulai muncul di laut-laut dangkal, yang bukti-buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama.
Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa Pra-Kambrium.
Jaman Kambrium (590-500 juta tahun lalu)
Kambrium berasal dari kata “Cambria” nama latin untuk daerah Wales di Inggeris sana, dimana batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari.
Banyak hewan invertebrata mulai muncul pada zaman Kambrium. Hampir seluruh kehidupan berada di lautan. Hewan zaman ini mempunyai kerangka luar dan cangkang sebagai pelindung.
Fosil yang umum dijumpai dan penyebarannya luas adalah, Alga, Cacing, Sepon, Koral, Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan Artropoda (Trilobit).
Sebuah daratan yang disebut Gondwana (sebelumnya pannotia) merupakan cikal bakal Antartika, Afrika, India, Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan. Sedangkan Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hijau masih berupa benua-benua kecil yang terpisah.

Jaman Ordovisium (500 – 440 juta tahun lalu)
Zaman Ordovisium dicirikan oleh munculnya ikan tanpa rahang (hewan bertulang belakang paling tua) dan beberapa hewan bertulang belakang yang muncul pertama kali seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (Landak Laut), Asteroid (Bintang Laut), Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona.
Koral dan Alaga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan Brakiopoda mencari mangsa. Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan Ekinodermata dan Brakiopoda mulai menyebar.
Meluapnya Samudra dari Zaman Es merupakan bagian peristiwa dari zaman ini. Gondwana dan benua-benua lainnya mulai menutup celah samudera yang berada di antaranya.

Jaman Silur (440 – 410 juta tahun lalu)
Zaman silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air ke darat. Tumbuhan darat mulai muncul pertama kalinya termasuk Pteridofita (tumbuhan paku). Sedangkan Kalajengking raksasa (Eurypterid) hidup berburu di dalam laut. Ikan berahang mulai muncul pada zaman ini dan
banyak ikan mempunyai perisai tulang sebagai pelindung.
Selama zaman Silur, deretan pegunungan mulai terbentuk melintasi Skandinavia, Skotlandia dan Pantai Amerika Utara

Jaman Devon (410-360 juta tahun lalu)
Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besar-besaran jenis ikan dan tumbuhan darat. Ikan berahang dan ikan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di dalam lautan. Serbuan ke daratan masih terus berlanjut selama zaman ini. Hewan Amfibi berkembang dan beranjak menuju daratan.
Tumbuhan darat semakin umum dan muncul serangga untuk pertama kalinya.
Samudera menyempit sementara, benua Gondwana menutupi Eropa, Amerika Utara dan Tanah Hijau (Green Land).

Jaman Karbon (360 – 290 juta tahun lalu)
Reptilia muncul pertama kalinya dan dapat meletakkan telurnya di luar air. Serangga raksasa muncul dan ampibi meningkat dalam jumlahnya.
Pohon pertama muncul, jamur Klab, tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di rawa-rawa pembentuk batubara.
Pada zaman ini benua-benua di muka bumi menyatu membentuk satu masa daratan yang disebut Pangea, mengalami perubahan lingkungan untuk berbagai bentuk kehidupan. Di belahan bumi utara, iklim tropis menghasilkan secara besar-besaran, rawa-rawa yang berisi dan sekarang tersimpan sebagai batubara.

Jaman Perm (290 -250 juta tahun lalu)
“Perm” adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural, Rusia.
Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga tumbuhan konifer dan Grikgo primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu berperan. Zaman perm diakhiri dengan kepunahan micsa dalam skala besar, Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi punah.
Benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan, Lapisan es menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air dan menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir mulai terbentuk di bagian utara bumi.

Jaman Trias (250-210 juta tahun lalu)
Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya, sementara amonit menjadi umum. Dinosaurus dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul pertama kalinya selama zaman ini. Reptilia menyerupai mamalia pemakan daging yang disebut Cynodont mulai berkembang. Mamalia pertamapun mulai muncul saat ini. Dan ada banyak jenis reptilia yang hidup di air, termasuk penyu dan kura-kura. Tumbuhan sikada mirip palem berkembang dan Konifer menyebar.
Benua Pangea bergerak ke utara dan gurun terbentuk. Lembaran es di bagian selatan mencair dan celah-celah mulai terbentuk di Pangea.

Jaman Jura (210-140 juta tahun lalu)
Pada zaman ini, Amonit dan Belemnit sangat umum. Reptilia meningkat jumlahnya. Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiyosaurus berburu di dalam lautan dan Pterosaurus merajai angkasa. Banyak dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar biasa. Burung sejati pertama (Archeopterya) berevolusi dan banyak jenis buaya berkembang.
Tumbuhan Konifer menjadi umum, sementara Bennefit dan Sequola melimpah pada waktu ini.
Pangea terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika sedangkan Amerika Selatan melepaskan diri dari Antartika dan Australia.
Jaman ini merupakan jaman yang paling menarik anak-anak setelah difilmkannya Jurrasic Park.

Jaman Kapur (140-65 juta tahun lalu)
Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada zaman ini.Mamalia berari-ari muncul pertama kalinya. Pada akhir zaman ini Dinosaurus, Ichtiyosaurus, Pterosaurus, Plesiosaurus, Amonit dan Belemnit punah. Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi banyak bentuk yang berlainan.
Iklim sedang mulai muncul. India terlepas jauh dari Afrika menuju Asia.
Jaman ini adalah jaman akhir dari kehidupan biantang-binatang raksasa.

Zaman Tersier (65 – 1,7 juta tahun lalu)
Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta, sedangkan fauna laut sepert ikan, moluska dan echinodermata sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang. Tumbuhan berbunga pada zaman Tersier terus berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar, tumbuhan merambat dan rumput.
Pada zaman Tersier – Kuarter, pemunculan dan kepunahan hewan dan tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan cuaca secara global

Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu – sekarang)
Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan Kala Holosen.
Kala Plistosen mulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang lalu. Kemudian diikuti oleh Kala Holosen yang berlangsung sampai sekarang.
Pada Kala Plistosen paling sedikit terjadi 5 kali jaman es (jaman glasial). Pada jaman glasial sebagian besar Eropa, Amerika utara dan Asia bagian utara ditutupi es, begitu pula Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia dan Pegunungan Himalaya
Di antara 4 jaman es ini terdapat jaman Intra Glasial, dimana iklim bumi lebih hangat. Manusia purba jawa (Homo erectus yang dulu disebut Pithecanthropus erectus) muncul pada Kala Plistosen. Manusia Modern yang mempunyai peradaban baru muncul pada Kala Holosen.
Flora dan fauna yang hidup pada Kala Plistosen sangat mirip dengan flora dan fauna yang hidup sekarang.
Nah kalau semua diatas tadi digambarkan secara grafis dapat dilihat seperti dibawah ini:
Perhatikan bumi terbentuk 4 milyar tahun lalu. Tetapi kehidupan baru muncul semilyar tahun lalu. Bahkan "manusia purba" adanya baru 2 juta tahun lalu .
 
 
 

 
 
 

Sejarah Bumi

Bumi tempat segenap makhluk hidup termasuk manusia telah terbentuk kira-kira 4 600 000 000 tahun lalu bersamaan dengan planet-planet lain yang membentuk tatasurya dengan matahari sebagai pusatnya.
Sejarah kehidupan di bumi baru dimulai sekitar 3.500.000.000 tahun lalu dengan munculnya micro-organisma sederhana yaitu bakteri dan ganggang. Kemudian pada 1.000.000.000 tahun lalu baru muncul organisme bersel banyak.
- :) “Lah dhe, trus 2 milyar tahun itu ngapain aja ?”
Pada sekitar 540.000.000 tahun lalu secara bertahap kehidupan yang lebih komplek mulai berevolusi …. (mm sik sik … sebaiknya aku sebut berubah dulu deh. Kalau denger kata evolusi nanti ada yg ngga stuju :) .
Perkembangan perubahan tetumbuhan diawali oleh Pteridofita (tumbuhan paku), Gimnosperma (tumbuhan berujung) dan terakhir Angiosperma (tumbuhan berbunga).
Sedangkan perkembangan dan perubahan hewan dimulai dari invertebrata, ikan, amfibia, reptilia, burung dan terakhir mamalia, kemudian terakhir kali muncul manusia. ….. (wupst ! kebablasan ! Soale mesti ada yg maunya kesana kan ?)
Kalau dalam ilmu sejarah kita mengenal jaman-jaman dengan nama-nama khususnya. Misal Jaman Batu, Jaman Majapahit, Trus ada yang membagi lagi dengan Kala, Masa dan sebagainya. Dalam ilmu geologi juga mirip. Ada yg disebut “jaman“, “kala“, “periode” dan sebagainya.
Kalender Geologi dapat dilihat seperti dibawah ini :
Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa Pra-Kambrium.
Nah sekarang apa saja yg dipercaya oleh ahli geologi, apa yg terjadi dengan mahluk hidup pada masa-masa itu.

Evolusi # 1. Sejarah singkat bumi dan kehidupannya





Untuk melengkapi pengetahuan kita bersama tentang proses evolusi yg ramai didiskusikan dibanyak tempat, juga ada yg bertanya disini. Berikut adalah sejarah singkat dari bumi serta kehidupannya. Tentunya sejarah singkat dari bumi ini diperlukan sebagai awal untuk ndongeng tentang evolusi.

Untuk soal dimensi atau satuan waktu coba bandingkan usia Homo Floresiensis (…iensis ! jangan salah tulis) yg diperkirakan hidup 18 ribu tahun lalu dengan usia bumi yang diperkirakan 4,6  Milyar tahun). Homo floresiensis ini diketemukan di Gua Liang Bua tahun 2003 Flores, Indonesia. Dan barusan diumumkan sebagai mahluk hidup yg berbeda spesies dengan manusia saat ini.
Bayangkan Homo Floresiensis (manusia kerdil di Flores) ini baru berusia 18 000 tahun, sedangkan usia bumi 4 600 000 000 000 tahun !
  • Bagi yg suka mendalami science … bayangkan betapa lambatnya dan pelannya proses evolusi ini berjalan. Sebuah proses ‘ilusi waktu‘ yg tidak mudah diungkap dan diterima setiap orang begitu saja.
  • Bagi yg suka agama …. Tuhan menciptakan alam ini dengan sangat lama dan berhati-hati … Jadi kita perlu menjaga !
Evolusi adalah sebuah teori ilmiah tentang perkembangan mahluk hidup. Ketika ada yg bertanya apakah berarti manusia dari kera ? Mestinya langsung ngamuk-ngamuk.
:) “Blaik … saya mesti njawab gimana ? Emange nenek moyangku munyuk ?”
:D “Katanya sih nenek moyangku orang pelaut … wupst ! “:D
Untuk belajar tentang evolusi dari ilmu geologi lebih baik dimulai dari pengenalan jaman-jalan serta dimensi waktu geologi dulu ya.

Selasa, 06 September 2011

Sejarah Pulau Maluku

Seperti daerah – daerah lainnya di Indonesia, Maluku sebagai wilayah kepulauan memiliki perjalanan sejarah cukup panjang yang tidak dapat dilepas-pisahkan dari sejarah Indonesia secara keseluruhan.

Meskipun di daerah Maluku belum pernah ditemukan fosil/kerangka manusia purba, namun ada asumsi yang mengatakan, bahwa di Maluku pernah hidup manusia purba yang mempunyai kemiripan dengan manusia Homo Sapiens,

yaitu manusia purba yang hidup sekitar 40.000 tahun SM di daratan Jawa dan pulau – pulau lain di Nusantara ini sebenarnya adalah manusia Australoid, yaitu suatu ras manusia yang punya kemiripan dengan penghuni pertama Pulau Seram.

Sebagai daerah yang cukup subur, Maluku tentu saja mengundang kedatangan kaum migrant dari berbagai kawasan yang menimbulkan gelombang perpindahan dan menghasilkan percampuran kebudayaan antara penghuni lama/asli dengan

suku-suku pendatang yang kemudian melahirkan suku-suku baru, seperti suku Alune dan suku Wemale yang mendiami Pulau – pulau seram, Buru, dan Halmahera yang di duga merupakan nenek moyang suku – suku Alifuru, Togifil,

dan Furu-Aru.Pada awal abad ke-7 pelaut – pelaut dari daratan Cina pada masa Dinasti Tang, telah menyinggahi daerah-daerah di kepulauan Maluku untuk mencari rempah –rempah, namun mereka merahasiakannya agar tidak diketahui

oleh bangsa – bangsa lain dalam mencari rempah- rempah itu.Pada jaman keemasan Kerajaan Sriwijaya di Abad ke-12, Kepulauan Maluku termasuk dalam wilayah kekuasaan kerajaan itu. Pada Abad ke-14, Majapahit mengambil alih kekuasaan

maritime di hamper seluruh wilayah Asia Tenggara, termasuk pula Kepulauan Maluku. Para pedagarng dari Eropa, seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda baru menemukan jalan ke Kepulauan Maluku pada Abad ke-16.Masuknya agama Islam melalui pedagang – pedagang dari Aceh,

Malaka, dan Gresik pada Abad ke-14 dan ke-15 turut memperkenalkan bentuk pemerintahan yang lebih rapi dan teratur, seperti pada Kesultanan Ternate, Tidore, Bacan serta Jailolo. Pada tahun 1512, bangsa Portugis yang telah menemukan jalan ke Kepulauan Maluku dan

menjalin persahabatan dengan Kesultanan Ternate, diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikapoli dan Hitulama serta Mamala. Sembilan tahun kemudian, Spanyol mulai menapakkan kaki di Kepulauan Maluku dan mendirikan benteng di Tidore.Tahun 1570, karena kalah perang

dengan Kesultanan Ternate yang diperintahkan Sultan Baabullah, Portugis diusir dari Ternate dan pindah ke Ambon. Tahun 1577 armada Inggris tiba di Ternate. Bangsa Belanda pun mulai mengincar Maluku dan membantu Hitu dalam perang melawan Portugis di Ambon dan Portugis

akhirnya dapat dikalahkan dan harus menyerahkan benteng pertahanannya yang ada di Ambon kepada Belanda, demikian pula dengan bentent Inggris di Kambelo – Pulau Seram. Sejak saat itu, Belanda menguasai sebagian besar kepulauan Maluku. Posisi Belanda semakin kuat dengan

berdirinya VOC pada tahun 1602 sehingga Belanda praktis menjadi pemegang monopoli perdagangan rempah – rempah di Kepulauan Maluku. Untuk memperkuat kedudukannya di Maluku, Belanda membentuk badan administratif yang disebut Governement van Amboina, demikian pula di Banda,

Kei, Aru, Tanimbar serta teon-Nila Serua yang berada di bawah pengawasan Governement van Banda.System monopoli yang diterapkan Belanda dalam perdagangan rempah –rempah lambat laun mengundang perlawanan rakyat Maluku yang merasa tidak suka dengan penerapan system monopoli tersebut,

sehingga muncullah perlawanan rakyat dimana – mana terhadap belanda. Tahun 1643 Kakiali mengobarkan perlawanan terhadap Belanda. Tahun 1644 Tulukabessy dan Fatiwani bangkit melawan Belanda, namun pada tahun 1646 perlawanan rakyat itu dapat dihancurkan Belanda dan Tulukabessy dihukum

gantung di Benteng Victoria pada tahun 1648.Situasi Eropa turut mempengaruhi keadaan tanah jajahan Belanda di Nusantara tidak terkecuali di kepulauan Maluku. Tahun 1795, Kerajaan Belanda ditaklukkan oleh Perancis dan pada tahun 1799 VOC di bubarkan. Pada tahun 1810, Kerajaan Belanda

menjadi bagian dari Kerajaan Perancis. Kondisi ini sangat berpengaruh bagi kekuasaan Belanda di Kepulauan Maluku. Tahun 1810 kekuasaan Belanda di Maluku jatuh ke tangan Inggris. Inggris Menguasai Maluku sejak tahun 1811 - 1817Tahun 1814, sesuai Konvensi London, Inggris harus mengembalikan

daerah – daerah jajahan yang direbutnya itu kepada Belanda. Tahun 1817, Belanda mulai mengatur kembali pemerintahannya di Maluku dan menyatukannya dalam satu government, yaitu Governement de Molukken.



Apa yang Anda ingat dari sejarah Maluku?  Tentunya sosok pahlawan perjuangan yang sejak sekolah dasar dikenal  kepada kita. Pahlawan tersebut adalah Thomas Matulessy yang kemudian  diberi gelar Kapiten Pattimura.

Padahal lebih dari itu, Maluku ternyata menyimpan sejarah sebagai provinsi tertua sejak kemerdekaan Republik Indonesia. Melimpahnya rempah-rempah di Maluku menjadi cikal-bakal perjalanan panjang sejarah penjajahan di Maluku.

Al-Mulk

Maluku dikenal kawasan Seribu Pulau,  mempunyai ragam sosial budaya dan kandungan alam melimpah ruah. Ditarik  dari sisi sejarah, kepulauan Maluku terdiri dari kerajaan-kerajaan  Islam yang menguasai pulau itu. Nama Maluku sendiri berasal dari kata  bahasa Arab Al-Mulk yang mempunyai makna tanah kerajaan.


Rempah

Maluku  juga memiliki perjalanan sejarah panjang, seperti juga daerah lain,  yang tak bisa dilupakan begitu saja. Sejak dahulu kala, Maluku yang kaya  akan rempah ini dikenal di lintas internasional.

Abad ke-7 pelaut Cina Dinasti Tang, kerap mengunjungi Maluku mencari rempah-rempah. Mereka  merahasiakannya kayanya Maluku, agar tak ada bangsa lain yang datang.

Namun  pada abad ke-9 pedagang Arab akhirnya menemukan Maluku setelah  terombang-ambing mengarungi Samudra Hindia. Selanjutnya, pada abad ke-14  merupakan era perdagangan rempah Timur Tengah dan menjadi sumber masuknya agama Islam di Maluku melalui pelabuhan Aceh, Malaka, dan Gresik.


Portugis

Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku. Tepatnya pada tahun 1512 membawa dua  armada di bawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau. Seperti  biasa, mereka melakukan kunjungan ke raja-raja dan mendapatkan izin  mendirikan benteng. Namun hubungan tidak lama.

Portugis melakukan sistem monopoli dan menyebarkan agama Kristen.  Sejarah mencatat, persahabatan Portugis dan kerajaan Ternate di Maluku  berakhir pada 1570 oleh perlawanan Sultan Babullah selama 5 tahun  tepatnya sejak tahun 1570 hingga 1575.

Portugis angkat kaki dari Ternate. Hal ini lansung dimanfaatkan oleh Belanda untuk masuk ke Maluku. Belanda semakin kuat karena adanya VOC. Belanda pun menjadi penguasa tunggal di kepulauan Maluku.

Pahlawan

Belanda mendapat tantangan keras dari rakyat Maluku karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan sesama masyarakat  memburuk. Di bawah pimpinan Thomas Matulessy yang kelak diberi nama  Kapitan Pattimura, rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata.

Thomas tak lain adalah bekas sersan mayor tentara Inggris.  Meski kemenangan perjuangan awal kian menggelorakan pemuda-pemuda lain,  namun kelicikan Belanda pada akhirnya memprokporandakan para pejuang.  Pattimura pun dihukum mati.


Jepang

Berkecamuknya perang pasifik pada 1941 mencatat kisah sejarah penjajahan di Indonesia. Gubernur Jenderal Belanda kala itu,  melalui radio menyatakan pemerintah Hindia Belanda berada dalam keadaan  perang dengan Jepang.

Sementara tentara Jepang tidak menemui banyak kesulitan saat merebut kepulauan di Indonesia. Mereka  masuk dari daerah utara melalui pulau Morotai sementara arah timur  melalui pulau Misool. Akhirnya, dalam waktu singkat seluruh wilayah Kepulauan Maluku dikuasai
.

WELTEVREDEN, CIKAL BAKAL PUSAT PEMERINTAHAN JAKARTA SAAT INI 3 Votes

Sejak terjadinya bencana letusan Gunung Salak tahun 1696 dan ditambah dengan kerusakan lingkungan yang semakin parah akibat penebangan hutan besar-besaran guna pembukaan lahan perkebunan di sepanjang aliran sungai Ciliwung berpengaruh buruk bagi lingkungan disekitar Benteng Batavia.
Proses sedimentasi dan pendangkalan sungai membuat meluapnya kotoran. Air menjadi keruh dan berbau. Nyamuk dan lalat berkembang biak dengan subur di rawa-rawa yang tergenang.
Selain itu, banyaknya mayat yang ditemukan di muara kali-kali Batavia akibat tingginya tingkat kriminalitas dan masalah kekurangan air bersih, membuat Batavia dijangkiti wabah penyakit. Terutama kolera dan flu. Bahkan beredar informasi bahwa pendiri Batavia Jan Pieterzoon Coen wafat akibat penyakit kolera yang mematikan ini (terdapat dua versi pendapat mengenai kematian J.P Coen. Versi pertama mengatakan bahwa J.P Coen mati dalam pertempuran melawan pemberontak. Sementara versi lain menyatakan J.P Coen wafat akibat wabah kolera).
Tahun 1732, guna menanggulangi masalah kekurangan air bersih Gubernur Jendral ke-22 Diederik Durven memutuskan penggalian Saluran Mookevart yang menghubungkan sungai Cisadane dan kali angke dari arah Tangerang guna menambah debit air sungai. Program ini ternyata kurang berhasil dan menyebabkan bencana banjir bagi Batavia di tahun-tahun berikutnya.
Di sisi lain, semakin tingginya tingkat kemakmuran masyarakat Batavia akhir abad 18, menyebabkan warga mencari tempat tinggal lebih baik di luar lokasi tembok Batavia. Perkembangan kota beralih dari sekitar Benteng ke arah Selatan yang memiliki udara lebih bersih dan sehat.
Pemukiman-pemukiman baru dengan gedung-gedung megah mulai banyak terbentuk disekitar Molenvliet (Jl.Gajah Mada dan Jl.Hayam Wuruk), Riswijkstraat (Jl.Majapahit), Noordwijk (Jl.Ir.Juanda) dan Weltevreden (khusus untuk Weltevreden merupakan kawasan peristirahatan elite bagi para pembesar VOC waktu itu).
Pada dasarnya wilayah Weltevreden bukanlah sebuah wilayah baru dalam peta Batavia. Wilayah ini sudah terbentuk sejak abad 17. Bermula saat Anthonij Paviljoun membangun vila-vila peristirahatan diatas lahan pemberian pemerintah kolonial tahun 1648 dengan nama Weltevreden. Kompleks perumahan inilah yang merupakan cikal bakal kawasan Weltevreden (letak kompleks tersebut saat ini berada disekitar Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Subroto).
Kawasan Weltevreden mulai berkembang saat Justinus Vinck (1733-1735) membangun dua buah pasar besar didalamnya ( pasar Senen dan pasar Tanah Abang). Pasar-pasar tersebut dihubungankan oleh De Grote Zuiderweg (jalan tembus melalui Kampung Lima–Perapatan–sampai Kramat–terus ke Senen. Jalan Gunung Sari–Pasar Senen–Kramat).
Kemajuan kawasan Weltevreden semakin pesat ketika Gubernur Jendral Jacob Mossel memerintahkan penggalian Kali Lio ( saluran yang menghubungkan Sungai Ciliwung dengan parit memanjang yang sejajar dengan De Grote Zuiderweg) guna memudahkan sarana transportasi air dari dan menuju pasar.
Selain itu, Jacob Mossel juga memerintahkan dibangunnya sebuah villa besar di tikungan Ciliwung sebagai tempat peristirahatan yang kemudian dibeli oleh penerusnya Gubernur jendral Petrus Albertus Van Der Parra tahun 1767. Rumah ini selanjutnya dinamakan Istana Weltevreden.
Tahun 1857 Istana Weltevreden berubah fungsi menjadi Rumah Sakit Militer Kolonial (sekarang Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Subroto).

Diakhir masa kekuasaan VOC, Gubernur Jendral terakhir VOC Gerardus van Overstraten (1796-1801) memutuskan kawasan Weltevreden resmi dijadikan pusat pemerintahan pengganti kota Batavia lama dengan Istana Weltevreden sebagai jantungnya.
Sejarah kawasan Weltevreden terus berlanjut saat terjadinya transisi pemerintahan dari VOC ke kolonial Hindia Belanda. Dibawah pemerintahan Gubernur Jendral Hindia Belanda ke-36 Herman Willem Daendels (1890), Kastil Batavia yang merupakan figur kota lama Batavia diwilayah Pasar Ikan dibongkar. Pusat pemerintahan digeser kewilayah baru tidak jauh dari Weltevreden. Wilayah ini kemudian dikenal dengan nama Waterloplein (Lapangan Banteng) dengan Paleis van Daendels/Het Groote Huis (sekarang menjadi Gedung Departemen keuangan ) sebagai pusat dan Meester Cornelis (Jatinegara) sebagai basis pertahanannya. Sayang, karena situasi peperangan bangunan ini baru selesai dibuat semasa pemerintahan Gubernur Jenderal Du Bus de Ghisignies (1826-1828).
Selain membuat Het Groote Huis , Deandless juga membangun sebuah lapangan yang menjadi lapangan terbesar di Asia sebagai tempat latihan para militernya. Lapangan ini dikenal dengan nama Bufflesveld/ Champs de Mars. Tahun 1818 lapangan ini berganti nama menjadi Koningsplein/ Lapangan Raja (sekarang Lapangan Monas)
Ketika era Daendels berakhir, perkembangan pusat pemerintahan Batavia baru semakin terpusat diwilayah seputaran Koningsplein. Hal ini ditandai dengan dibelinya Istana Riswijk (Hotel van den Gouverneur-Generaal) yang merupakan bekas rumah peristirahatan J.A Van Braam di tahun 1821 oleh pemerintah kolonial Belanda untuk digunakan sebagai gedung pemerintahan dan lokasi penginapan para Gubernur Jendral Hindia Belanda saat berkunjung ke Batavia (sekarang Istana Negara).
Dikarenakan ruang Istana Riswijk yang kecil hingga tidak dapat menampung tamu-tamu undangan dalam upacara resmi kenegaraan, maka atas inisiatif Gubernur Jendral J.W Vans Lansberge tahun 1873-1879 dibangunlah sebuah istana baru dalam lahan yang sama. Istana ini kemudian diberi nama Istana Gambir (sekarang Istana Merdeka). Di istana Gambir inilah peristiwa penandatanganan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat dan berkibarnya bendera Dwikora Indonesia tanggal 27 Desember 1949 berlangsung.
Tahun 1905, Gemeente Batavia mengambil alih tanggung jawab atas pengelolaan seluruh wilayah kota Batavia. Rencana perluasan kota yang lebih terstruktur dicanangkan. Kawasan seperti Menteng dan Gondangdia dialih fungsikan dari wilayah perkebunan menjadi wilayah perumahan lengkap dengan fasilitas air bersih dan jalan raya.  Sementara, wilayah seputar Koningsplein sendiri dikembangkan sebagai pusat pemerintahan, perkantoran dan hiburan berdasarkan rencana induk kota Batavia 1937.
Saat ini, keseluruhan wilayah Weltevreden dengan Koningsplain sebagai pusatnya menjadi wilayah administratif Kotamadya Jakarta Pusat sekaligus Pusat Pemerintahan Negara Republik Indonesia. Beberapa bangunan bersejarah masa lalu seperti Paleis van Daendels (Istana Daendels), Schouwburg (gedung kesenian Jakarta), Istana Riswjk (Istana Negara), Istana Merdeka, gedung Museum Nasional, Waterloplein (Kawasan Lapangan Banteng) dan Stasiun Weltevreden (Stasiun Gambir) tetap dipertahankan dan terawat cukup baik.
Sementara wilayah yang tidak kalah penting seperti kawasan Senen, Tanah Abang dan kawasan Menteng-Gondangdia yang merupakan kota taman pertama dalam tata kota modern selain dari jalur Thamrin-Sudirman-Kuningan yang dikembangkan di era presiden Soekarno terus tumbuh mengikuti perkembangan zaman.
Disisi lain beberapa bangunan yang dianggap tidak lagi bermanfaat dibongkar dan dialih fungsikan, seperti yang terjadi pada sebuah taman terbesar di Asia bernama Taman Wilhelmina .
*sumber : situs Badan Perncanaa Kotamadya Jakarta Pusat, wikipedia.org

Hukuman Mati Di Kampung Pecah Kulit

Kurang lebih 288 tahun lalu disebuah tempat yang terletak dikawasan Jacatra Weg (sekarang Jl. Pangeran Jayakarta), tepatnya didekat Gereja Portugis “Sion”, sebuah peristiwa hukuman mati untuk seseorang yang dicap sebagai pemberontak oleh pemerintahan Batavia pernah menjadi sebuah kisah tentang betapa rendahnya nilai kemanusiaan dimasa itu.
**

Adalah Pieter Erberveld. Seorang warga Batavia berdarah Indo-Jerman. Ayahnya merupakan penyamak kulit berdarah Jerman. Sedangkan ibunya berasal dari Negeri Siam. (Historical Sites Of Jakarta; Adolf Heuken – Sedangkan dalam bukunya Betawi Queen Of East, Alwi Shahab menyebutkan ibu Pieter Erberveld berasal dari Jawa).
Tidak diketahui dengan jelas sumber kebencian Pieter Erberveld kepada penguasa Belanda di Batavia, namun beberapa sumber menyebut konflik bermula akibat ketidakadilan pemerintah Batavia dalam kasus-kasus tanah di wilayah Pondok Bambu.
Sebagai salah seorang tuan tanah di Pondok Bambu, Pieter Erberveld merasa dirugikan ketika pemerintah kolonial menyita ratusan hektar tanah miliknya dengan alasan tanah tersebut tidak memiliki izin yang dikeluarkan pejabat berwenang.
Perlawanan dilakukan Pieter Erberveld terhadap kesewenangan yang dilakukan pemerintah kota. Dalam perlawanannya Pieter mendapat banyak simpati dan dukungan dari warga pribumi yang memang telah membenci pemerintahan Belanda di Batavia. Akibat perlawanannya itu Pieter Erberveld mendapat hukuman tambahan dari pemerintah kota. Ia dikenakan denda berupa 3300 ikat padi yang harus dibayarkan kepada pemerintah.
Kebencian yang semakin menjadi-jadi ini menyebabkan hubungan Pieter dengan warga Belanda di Batavia merenggang. Disisi lain, sikap simpati yang ditunjukkan warga pribumi terhadapnya semakin mengeratkan hubungan Pieter Erberveld dengan masyarakat bumiputera. Apalagi setelah ia berhasil menjalin hubungan dengan beberapa ningrat di kesultanan Banten.
Terciumnya hubungan Pieter dengan Kesultanan Banten membuat pemerintah kota Batavia gerah. Betapa tidak, saat itu Kesultanan Banten masih merupakan ancaman bagi kelangsungan pemerintahan Belanda di Batavia. Bahkan kabar bahwa Pieter Erberveld termasuk dalam kalangan orang-orang yang membenci pemerintahan Belanda di kota Batavia semakin membuat panas suasana.
Sebuah laporan resmi yang diterbitkan intelejen kolonial menyebutkan, Pieter Erberverld dengan dukungan dari kesultanan Banten (Raden Kartadirya) serta seorang pemuda Sumbawa bernama Layek telah merencanakan pemberontakan besar-besaran terhadap penguasa Belanda di Batavia. Ia berencana membunuh seluruh warga Belanda di Batavia.
Hari-H pemberontakan akan dilaksanakan pada 31 Desember 1721, atau tepat pada saat pesta malam pergantian tahun 1722 (dalam bukunya De Nederlandsch Oostindische Compagnie in de Achtiende eeuw;sejarawan Belanda Prof Dr.E.C. Goode Molsbergen meragukan kebenaran rencana pemberontakan ini. Goode menyebut rencana tersebut hanyalah konspirasi pemerintah kota Batavia untuk menyingkirkan Pieter Erberveld) .
Berdasarkan laporan tersebut pemerintah Batavia mengutus Reeyke Heere (Komisaris VOC untuk urusan Bumiputera) untuk melakukan penangkapan terhadap Pieter bersama dengan komplotannya (termasuk Raden Kartadirya & Layeek). Ia dipenjara dan dipaksa untuk mengakui rencana pemberontaknnya.
Kurang lebih empat bulan Pieter dipenjara. Sebelum akhirnya ia dan kelompoknya dijatuhi hukuman mati pada tanggal 22 April 1722 atas perintah Collage van Heemradeen Schepenen (Dewan Pejabat Tinggi Negara).
Berbeda dengan hukuman mati yang biasanya dilakukan pemerintah Batavia dengan jalan memancung korban atau menggantungnya didepan Stadhuis , hukuman mati bagi Pieter Erberveld dilaksanakan diluar tembok Batavia sebelah Selatan. Tepatnya di tempat yang sekarang bernama Kampung Pecah Kulit. Hukuman tersebut sangat sadis. Masing-masing tangan dan kaki Pieter serta pendukungnya diikat pada empat ekor kuda yang dipacu ke empat penjuru mata angin yang berlawanan hingga putus dan terpecah-pecah (beberapa sumber mengatakan asal muasal nama Kampung Pecah Kulit diambil dari peristiwa tersebut) .
Sebagai peringatan agar penduduk tidak mengikuti jejak Pieter Erberveld, pemerintah kolonial memotong kepala Pieter Erberlveld dan menancapkannya pada sebuah tombak. Kepala tersebut dibiarkan tergantung tanpa boleh disentuh. Sementara dilahan bekas pembantaian berlangsung, dibangun monumen peringatan dilengkapi dengan tembok batu dan patung tengkorak tertusuk tombak diatasnya.
Pada monumen tersebut terpampang 9 baris tulisan berbahasa Belanda yang dilengkapi dengan terjemahan aksara Jawa Kuno. Kurang lebih isinya menyatakan :
“Sebagai kenang-kenangan yang menjijikan pada si jahil terhadap negara yang telah dihukum Pieter Erberveld. Dilarang mendirikan rumah, membangun dengan kayu, meletakan batu bata dan menanam apapun di tempat ini sekarang dan selama-lamanya. Batavia, 14 April 1722,” (Betawi, Queen Of East : Alwi Shahab).
Saat ini tidak jelas dimana keberadaan tembok monumen tersebut. Diduga monument tersebut dibongkar. Sedangkan lokasi bekas tempat pembantaian Pieter Erberveld di Jalan Pangeran Jayakarta juga telah berubah fungsi menjadi sebuah show room mobil sejak tahun 1986.
Yang pasti jika kita berkunjung ke Museum Sejarah Jakarta, kita masih dapat meilhat inskripsi Pieter Erberveld terpampang ditembok halaman belakang museum tersebut. Atau jika kita berkunjung ke Museum Prasasti-Jakarta , kita dapat melihat bentuk tembok monumen Pieter Erberveld lengkap dengan inskripsi dan patung tengkorak yang tertusuk tombak diatasnya. Apakah kedua peninggalan itu asli atau hanya sebuah replika ?. Silahkan cari tahu sendiri jawabannya.
 *sumber : Buku Betawi, Queen Of East, Alwi Shahab; Buku Historical Sites Of Jakarta, Adolf Heuken, Toko Merah, Saksi Kejayaan Batavia Lama Ditepian Muara Ciliwung, Thomas B Ataladjar.

Pengibar Bendera Pusaka 17 Agustus 1945

Telah terbit sebuah buku yang amat baik dan perlu untuk dibaca dan diketahui masyarakat yaitu tentang Bapak Abdul Latief Hendraningratr, sang pengibar bendera pusaka pada tanggal 17 Agustus 1945. Buku ini diterbitkan oleh Sinar Harapan dan penulisnya adalah DR Nidjo Sandjojo M.Sc. Persoalan peristiwa sekitar Proklamasi amat menarik untuk diketahui karena merupakan peristiwa penting awal Bangsa Indonesia menyatakan dirinya sebagai bangsa yang merdeka dimana tidak beberapalama lagi terbentuklah Negara Republik Indonesia . Seperti tertulis pada halaman 122-123: Sedangkan pelaku pengibar bendera pusaka tersebut adalah Abdul Latief Hendraningrat yang dibantu seorang pemuda dari barisan pelopor bernama Soehoed, dan fakta itu tidak akan pernah hilang sepanjang masa. Sebab itu jika ada nama-nama selain kedua nama tersebut yang mengaku sebagai pengibar bendera pada saat proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, adalah tidak benar. Buku ini sudah bisa didapat pada toko-toko buku.

Pak Soehoed pendamping Pak Latif

Siapakah Pak Soehoed Sastro Koesoemo itu ? Beliau adalah salah seorang pengibar bendera pusaka saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Tepatnya sebagai pendamping Pak latif Hendraningrat. Bagaimana ceritanya soal peristiwa Proklamasi ini ? Soediro (Mantan Walikota Jakarta tahun 50-an), saat tahun 1945 menjabat wakil kepala barisan Pelopor, bercerita. Sejak tanggal 14 Agustus 1945, dia menugaskan Soehoed (Foto diatas, tampak dalam proklamasi foto sebagai seorang pemuda bercelana pendek) dan beberapa orang pelopor istimewa untuk menjaga keluarga Soekarno. Pada tanggal 16 Agustus 1945 subuh, Soehoed melaporkan bahwa telah datang Soekarni dan Chaerul Saleh dan kawan-kawannya. Soehoed tidak curiga karena Caherul juga anggota pelopor istimewa. Demikian juga ketika Soekarno sekeluarga dibawa pergi tidak ada kecurigaan sebagai peristiwa penculikan. Pada mereka timbul semangat lagi ketika Soekarno kembali pada tanggal 16 Agustus 1945 malam hari. Berkaitan dengan perintah Dr Muwardi (pimpinan barisan Pelopor Jakarta) untuk melakukan persiapan upacara 17 Agustus 1945, Soediro memanggil para pembantunya untuk turut menyebarkan akan adanya acara sangat penting pada tanggal 17 Agustus 1945. Misalnya K.Gunadi diserahkan tugas untuk menyampaikan instruksi tertulis yang ditujukan pada para anggota barisan pelopor istimewa dan eksponen barisan pelopor lainnya. Sedangkan Daitai-daitai (pimpinan di kawedanaan) dan Cutai-cutai (pimpinan dikecamatan) banyak yang sudah dihubungi sendiri, secara pertilpun atau perkurir. Instruksinya antara lain, berkumpul dilapangan Ikada tanpa membawa panji pelopor pada jam 11.00 untuk keperluan menghadiri upacara penting. Ketika dengan bersepeda Soediro pagi harinya menuju Ikada, dia heran karena melihat disitu banyak Jepang bersenjata. Timbul pertanyaan dibenaknya, apakah berita sudah bocor ? Dia lalu menghubungi Dr Muwardi dirumahnya dan dari penjelasan Dr Muwardi ternyata Proklamasi tidak jadi di Ikada tapi dirumah Soekarno. Maka dengan cepat disebarkanlah pembetulan informasi bahwa pelaksanaan proklamasi dipindahkan di Pegangsaan Timur 56. Kepada Soehoed diperintahkan untuk menyiapkan tiang bendera tepat dimuka kamar depan, hanya beberapa meter dari teritis rumah. Setelah itu Soediro pulang kerumahnya sebentar. Ketika dia kembali dilihatnya telah hadir walikota Soewirjo, Dr Muwardi, Mr Wilopo, Mr Abdul Gafar Pringgodigdo, Tabrani, SK Trimurti dan masih banyak lagi. Tidak tampak wajah Wikana, Soekarni, Chaerul Saleh maupun Adam Malik. Dimuka beranda rumah sudah terpasang mikrofon dan versterker (amplifier) yang disewa dari Gunawan pemilik perusahaan jasa penyewaan sound system “Radio Satrija” yang beralamat dijalan Salemba Tengah no.24. Acara proklamasi sederhana ini mengikuti mata acara yang dipersiapkan yaitu : Pembacaan proklamasi oleh Soekarno disambung pidato singkat. Pengerekan bendera merah putih, Sambutan Soewirjo dan Sambutan Dr Muwardi. Pada acara yang terjadi, pertama, Soekarno membaca Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta. Kemudian Soekarno berpidato singkat tanpa teks . Setelah itu beliau berdoa seraya mengangkat kedua telapak tangannya. Untuk pengerekan bendera awalnya diminta kesediaan Trimurti, tapi dia menolak lalu mengusulkan sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Maka Latif Hendraningrat, yang masih memakai seragam lengkap PETA, maju kedepan sampai dekat tiang bendera. Soehoed didampingi seorang pemudi muncul dari belakang membawa sebuah baki nampan berisi bendera Merah Putih (bendera pusaka yang dijahit Fatmawati beberapa waktu sebelumnya). Maka dikereklah bendera tersebut oleh Latif dibantu Soehoed. Setelah berkibar, spontan hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Melihat foto Proklamasi, nampak membelakangi lensa Fatmawati dan Trimurti. Tampak Soekarno bersama Hatta lebih maju dari tempat berdiri saat pembacaan proklamasi. Sebuah foto lain yang diambil dari belakang Soekarno, menggambarkan para hadirin lainnya yang berdiri dekat tiang bendera. Mereka terdiri dari para pemuda-mahasiswa Ika dai Gakku. Pada acara ketiga, Soewirjo yang dizaman Jepang sudah menjabat wakil walikota berpidato. IPPHOS juga mengabadikan peristiwa ini. Namun sampai hari ini tiada dokumen yang menjelaskan apa yang diucapkan Soewirjo. Demikian juga tidak ditemukannya naskah pidato Dr Muwardi yang akan mengisi acara keempat (ada cerita kalau beliau membacakan preambul UUD). Setelah upacara selesai berlangsung, tiba-tiba masuk sambil berlari kurang lebih 100 orang anggota pelopor yang dipimpin S.Brata. Mereka tidak tahu terjadinya perubahan tempat, sehingga ketinggalan acara. Namun menuntut terus agar Soekarno membacakan lagi Proklamasi. Akhirnya Soekarno yang sudah masuk kamar, keluar lagi dan menjelaskan melalui mikrofon bahwa pembacaan Proklamasi tidak dapat diulang. Karena masih kurang puas mereka minta kepada Hatta untuk memberikan amanat singkat. Hatta kemudian meluluskannya . Yang juga terlambat adalah Dr Radjiman Wedjodiningrat dan beberapa anggota PPKI. Setelah acara selesai, Soediro dan Dr Muwardi memilih 6 orang anggota barisan pelopor istimewa, pelatih pencak silat menjadi pengawal Soekarno-Hatta Kelompok ini dipimpin oleh Soemartojo. Sampai selesainya proklamasi fihak Jepang tidak menyadari apa yang telah terjadi. Mereka baru datang setelah Hatta pulang kerumahnya. Tiga orang perwira Jepang yang datang ini mengaku diutus Gunseikanbu (kepala pemerintahan militer Jepang) untuk melarang Proklamasi. Tapi Soekarno yang menghadapinya dengan tenang, menjawab bahwa Proklamasi sudah dilaksanakan. (diambil dari berbagai sumber sekitar Proklamasi) Foto: Pak Soehoed saat sebagai staf dekat Jenderal Soedirman tahun 1946-1947.

Kontroversi Pengibar Bendera 17 Agustus 1945

Karena Suhud (foto tengah) saat Proklamasi dibuat dari belakang, cirinya yang tidak bisa tertukar dengan Ilyas Karim (foto kiri) adalah tinggi lehernya. Ilyas karim memiliki tinggi leher yang pendek, sedangkan Suhud tinggi lehernya panjang. Sehingga pada foto kanan (foto pendamping Latif Hendraningrat pengibaran bendera saat Proklamasi) tidak mungkin Ilyas Karim...Itu adalah Suhud. Bayangkan kalau itu Ilyas Karim maka dari belakang lehernya tidak kelihatan.